
Kadisdikbud Kukar,Thauhid Afrilian Noor.
Portalsembilan.com, KUTAI KARTANEGARA – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) menegaskan pentingnya pentas seni rutin di sekolah sebagai sarana ekspresi siswa, bukan hanya saat acara perpisahan.
Penekanan ini disampaikan Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor, yang menilai kegiatan seni seharusnya dijadikan bagian dari program pengembangan bakat siswa secara berkala dan tidak terbatas pada momen seremonial tahunan.
“Kalau mau menampilkan anak-anak dalam tarian, jangan tunggu momen perpisahan. Kalau perlu, tiga bulan sekali buat pola-pola seni,” ujarnya saat ditemui di Tenggarong belum lama ini.
Ia menambahkan, sekolah perlu membuka ruang lebih luas bagi siswa untuk berproses dan menunjukkan potensi mereka secara konsisten. Jika pentas seni hanya digelar saat perpisahan, maka kesempatan eksplorasi siswa menjadi sangat terbatas.
“Jangan alasannya ingin menampilkan anak-anak, tapi baru dilakukan saat perpisahan. Itu sangat disayangkan,” katanya menyesalkan kebiasaan tersebut.
Thauhid juga mengkritisi pola perpisahan sekolah yang kini cenderung mewah dan penuh beban finansial. Ia menilai fenomena ini telah bergeser dari tujuan awal pendidikan yang semestinya menjunjung kesederhanaan dan kepekaan sosial.
“Gunakan saja halaman sekolah, tidak perlu sewa tempat mahal. Jangan ada studi tur juga, yang ujung-ujungnya hanya membebani,” ucapnya mengingatkan.
Menurutnya, banyak orang tua merasa terbebani dengan biaya tinggi untuk menyewa gedung, menyediakan kostum, hingga kegiatan studi tur yang kerap diwajibkan dalam acara perpisahan.
“Dalam satu kelas itu pasti ada siswa yang keluarganya kesulitan ekonomi. Jangan sampai kegiatan sekolah justru menciptakan jurang antar siswa,” tegas Thauhid dengan nada serius.
Ia menyayangkan jika ada sekolah yang justru memaksakan pungutan tinggi hanya demi seremoni singkat. Dalam hal ini, pihaknya siap menindak tegas satuan pendidikan yang melanggar aturan.
“Kalau saya tahu ada sekolah seperti itu, langsung saya tegur, saya panggil sekolahnya. Pilih edaran saya atau pilih komitenya,” ujarnya memperingatkan.
Thauhid menyatakan bahwa Disdikbud tidak pernah melarang sekolah menyelenggarakan kegiatan kelulusan, namun konsep pelaksanaannya harus memperhatikan aspek keadilan dan tidak membebani semua pihak.
“Perpisahan itu boleh, tapi jangan memberatkan dan jangan diwajibkan. Kami hanya minta kesederhanaan dan kepedulian,” tandasnya.
Dengan pendekatan ini, Thauhid berharap sekolah di Kukar benar-benar menjadi tempat yang nyaman dan inklusif bagi seluruh siswa, tempat di mana karakter dan bakat dapat tumbuh tanpa harus ditentukan oleh kemampuan ekonomi. (ADV/Disdik Kukar/AR)