
Plt Sekretaris Disdikbud Kukar,Joko Sampurno.
Portalsembilan.com, KUTAI KARTANEGARA – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) terus menguatkan peran bahasa dalam dunia pendidikan, baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Kutai sebagai bagian dari kekayaan budaya daerah.
Upaya ini dilakukan dengan mendorong penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah di sekolah, serta mengenalkan Bahasa Kutai sebagai muatan lokal (Mulok) di jenjang pendidikan dasar dan menengah pertama.
Plt Sekretaris Disdikbud Kukar, Joko Sampurno menegaskan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam proses belajar mengajar.
“Jangan sampai kita kalah oleh intervensi bahasa asing. Bahasa Indonesia adalah jati diri kita sebagai bangsa. Kita harus bangga dan menggunakannya dengan baik,” tegas Joko belum lama ini
Ia menyebut bahwa guru-guru Bahasa Indonesia telah diarahkan untuk mengajarkan materi berdasarkan kaidah serta ejaan yang sesuai dengan pedoman kebahasaan nasional yang berlaku.
Tidak hanya itu, pelestarian bahasa daerah juga menjadi fokus utama, mengingat Bahasa Kutai memiliki peran penting dalam menjaga identitas budaya lokal.
“Kalau bahasa daerah hilang, maka jati diri kita juga ikut hilang. Ini bagian dari menjaga keberagaman budaya nasional,” ungkapnya.
Pengenalan Bahasa Kutai sebagai mata pelajaran Mulok kini mulai diterapkan di beberapa sekolah dasar dan menengah pertama, meski belum sepenuhnya merata.
Joko menambahkan bahwa penerapan tersebut masih dalam tahap bertahap, namun akan terus didorong agar bisa diterapkan secara luas di seluruh kecamatan.
“Budaya nasional itu tumbuh dari budaya daerah. Jadi pelestarian ini penting untuk masa depan,” jelasnya.
Disdikbud Kukar melalui bidang kelembagaan dan pembinaan SD-SMP juga tengah memetakan sekolah-sekolah yang sudah mengimplementasikan Mulok Bahasa Kutai, sekaligus merancang strategi agar penerapan bisa diperluas.
Sementara itu, untuk mendukung proses pembelajaran yang optimal, Disdikbud Kukar juga baru saja menerima tambahan tenaga pendidik dan tenaga teknis yang jumlahnya cukup signifikan.
Guru-guru baru tersebut disebar ke seluruh sekolah di 20 kecamatan berdasarkan kebutuhan riil di lapangan, baik dari jumlah rombongan belajar (rombel) di SD maupun jam pelajaran di SMP.
“Penempatan guru dilakukan berdasarkan jumlah rombel di SD dan jam pelajaran di SMP, agar lebih tepat sasaran,” terang Joko.
Tenaga teknis yang diterima pun telah diposisikan sesuai dengan unit kerja yang memerlukan dukungan tambahan, demi menunjang kinerja pendidikan secara menyeluruh.
Sinergi antara penguatan penggunaan bahasa dan pemenuhan kebutuhan guru ini diharapkan mampu menjaga nilai-nilai lokal sekaligus meningkatkan mutu pendidikan di Kukar.
“Kita harus bangga dengan bahasa Indonesia dan juga tidak melupakan bahasa daerah seperti Bahasa Kutai, karena dari sanalah budaya nasional tumbuh,” tutup Joko. (ADV/Disdik Kukar/AR)