Portalsembilan.com, Kutai Kartanegara – Di tengah upaya penertiban hotel dan kos-kosan di Tenggarong, isu kesehatan masyarakat terkait HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan IMS (Infeksi Menular Seksual) menjadi sorotan penting. Liana, dari tim kerja P2PM (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular) Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara (Kukar), memberikan penjelasan mendalam tentang penanganan HIV dan IMS di wilayah tersebut, Sabtu (8/11/2025) dalam wawancara bertempat di kantor satpol PP Tenggarong.
Menurut Liana, Kukar memiliki layanan pemeriksaan HIV dan sifilis yang tersedia di 32 puskesmas, 3 rumah sakit, dan 2 klinik. Ketika seseorang dinyatakan positif HIV, akan dilakukan pemeriksaan lanjutan (R2 dan R3) untuk memastikan diagnosis. Jika positif, orang tersebut akan menjadi ODHIV (Orang dengan HIV) dan mendapatkan pengobatan ARV (Antiretroviral).
“Untuk kasus HIV, kami di Kukar ada 510 kasus. Dan mereka sudah melakukan pengobatan ARV dan mendapatkan bantuan,” ujar Liana.
Menariknya, Liana mengungkapkan tren baru, yaitu peningkatan kasus HIV pada ibu rumah tangga. Hal ini menjadi perhatian serius bagi tim P2PM.
“Sekarang lagi trennya ibu rumah tangga banyak, bukan banyak, ada ditemukan kasusnya itu. Jadi meningkatnya pada ibu rumah tangga,” jelasnya.
Liana menekankan bahwa tim P2PM tidak hanya fokus pada penemuan kasus, tetapi juga melakukan tracking dan edukasi kepada mereka yang positif HIV. Mereka akan diarahkan untuk mendapatkan pengobatan ARV di puskesmas yang memiliki layanan PDP (Pemberian Dukungan Pengobatan).
“Kita ketika temuan kasus, kita tidak hanya temuan kasus selesai, tidak. Tapi kita ada tindak lanjut, nanti ada tracking dari teman-teman puskesmas,” tegas Liana.
Meskipun HIV tidak bisa sembuh total, pengobatan ARV dapat menekan jumlah virus dalam tubuh hingga tidak terdeteksi (non-reaktif). Dengan rutin minum obat, ODHIV dapat hidup sehat dan tidak menularkan virus kepada orang lain.
“Kalau dari HIV itu memang tidak akan sembuh, tapi dia akan meminimalkan virus itu. Jadi ketika dia tidak terbaca, berarti dia tidak akan bisa menularkan,” jelas Liana.
Liana juga menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan menghindari perilaku berisiko. Penularan HIV umumnya terjadi melalui hubungan seksual tanpa pengaman.
“Kalau penularan HIV kan yang pasti kan awalnya kan awal mulanya pasti IMS ya, infeksi menularan seks,” katanya.
Tim P2PM Kukar memiliki tim PDP yang terdiri dari dokter, konselor, farmasi, dan analis. Tim ini bertugas memberikan dukungan psikologis dan informasi yang benar kepada ODHIV.
“Jadi lima orang itu yang berperan, yang menenangkan siapa, Konselor dan dokter. Jadi ketika mereka dinyatakan positif itu tidak ada yang berhak untuk memberitahu kecuali dokter,” jelas Liana.
Liana berharap masyarakat bijak dalam menjaga diri dan menghindari perilaku berisiko. Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak membuka “pintu” bagi penyakit menular seksual.
“Jadi jangan buka pintunya dengan lebar. Kalau lebar ya sudah masuklah. Awal umulannya penyakit itu adalah dalam IMF (IMS),” pungkasnya.
(Yeni Adhayanti)

