
Wakil Bupati Mahulu, Yohanes Avun dalam sebuah acara tanam padi gunung bersama warga. *(IST)
Portalsembilan, MAHAKAM ULU – Meski memiliki potensi besar di sektor pertanian, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur, hingga kini masih menghadapi tantangan serius dalam mengembangkan potensi tersebut menjadi kekuatan ekonomi daerah.
Hamparan lahan subur, ketersediaan air yang melimpah, serta iklim yang mendukung seharusnya menjadikan Mahulu sebagai lumbung pangan Kalimantan Timur, bahkan skala nasional. Namun realitas di lapangan justru berbanding terbalik. Sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat Mahulu masih didatangkan dari luar daerah.
Wakil Bupati Mahulu, Yohanes Avun, tak menampik kondisi tersebut. Ia menyebut dua persoalan utama yang menjadi penghambat kemajuan pertanian di wilayah perbatasan ini: keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dan akses transportasi yang belum memadai.
“Pertama soal SDM. Yang kedua, masalah transportasi. Walaupun kita bisa mengembangkan, tapi hasilnya nanti yang sulit kita bersaing dengan daerah luar. Tapi kalau transportasi kita lancar, tentu memudahkan kita,” ujar Yohanes Avun saat ditemui, Selasa (15/7/2025).
Menurutnya, pola pertanian masyarakat Mahulu yang masih tradisional dan berpindah-pindah turut menyulitkan upaya peningkatan produktivitas. Belum lagi, keterbatasan teknologi dan minimnya pembinaan membuat pertanian di Mahulu stagnan dan tak mampu mengikuti dinamika pasar.
Menanggapi hal itu, Wabup Avun meminta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Mahulu untuk lebih proaktif dalam melakukan pembinaan dan penguatan kapasitas petani. Ia menekankan bahwa pengembangan pertanian harus dimulai dari pendekatan menyeluruh, mulai dari aspek hulu hingga hilir.
“Dari masing-masing bidang yang ada di dinas ketahanan pangan dan pertanian ini, supaya bagaimana bisa mengembangkan pertanian lebih optimal lagi. Demikian juga pembinaannya kepada petani,” tegasnya.
Avun juga menyoroti pentingnya pengembangan komoditas unggulan lokal, yang memiliki daya saing tinggi dan sesuai dengan karakteristik wilayah. Menurutnya, Mahulu harus mampu menemukan identitas pertanian yang khas, sehingga bisa fokus pada penguatan komoditas tersebut.
Tak hanya itu, ia juga mendorong pemerintah kampung untuk mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) sebagai mitra strategis dalam mendukung distribusi dan pemasaran hasil pertanian masyarakat.
“Jika BUMK bisa berfungsi maksimal, maka rantai distribusi hasil pertanian tidak hanya mengandalkan pedagang dari luar. Ini akan menciptakan nilai tambah di tingkat lokal dan memperkuat ekonomi kampung,” ujar Yohanes.
Dalam jangka panjang, Pemkab Mahulu berkomitmen untuk membangun ekosistem pertanian yang terintegrasi, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan kemandirian pangan. Namun, Avun menegaskan bahwa upaya tersebut hanya akan berhasil jika didukung oleh peningkatan infrastruktur jalan, akses pasar, dan SDM yang unggul.
Ia berharap, melalui sinergi lintas sektor dan komitmen kuat dari seluruh OPD dan pemerintah kampung, Mahulu bisa bergerak lebih cepat dalam mengejar ketertinggalan di bidang pertanian.
“Kita harus menyadari bahwa pertanian adalah sektor yang bisa membuka banyak peluang kerja dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar. Tapi itu hanya bisa terjadi kalau kita serius membenahi dari sekarang,” pungkasnya. (ADV/DISKOMINFOSTANDI MAHULU)