
Portalsembilan.com, Kukar – Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara terus mendorong pengembangan wisata budaya yang tumbuh dari desa-desa, sebagai upaya menghidupkan kembali kekayaan tradisi lokal yang nyaris terlupakan.
Langkah strategis ini menyasar desa-desa yang masih aktif menjaga warisan budaya agar dapat difasilitasi dan diberi ruang tampil dalam bentuk festival yang konsisten dan berkesinambungan.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Arianto, menegaskan bahwa desa memegang peranan vital dalam menjaga orisinalitas budaya daerah, karena desa merupakan tempat lahir dan tumbuhnya tradisi yang masih hidup hingga kini.
“Budaya tidak bisa dilepaskan dari desa sebagai tempat lahirnya tradisi. Kita ingin dorong festival budaya yang tumbuh dari desa,” ujar Arianto saat diwawancarai, belum lama ini.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan pemetaan wilayah, guna mengidentifikasi desa-desa yang aktif dalam kegiatan pelestarian budaya serta mempertahankan identitas lokal mereka secara konsisten.
Sebagai contoh, Arianto menyoroti kegiatan peringatan HUT ke-45 Desa Bukit Raya di Kecamatan Tenggarong Seberang yang baru saja digelar, di mana warga menyuguhkan pertunjukan tradisional, termasuk Wayang Kulit, yang kini mulai jarang terlihat di desa lain.
“Langkah Desa Bukit Raya menunjukkan bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan secara mandiri, tanpa bergantung pada program besar. Itu membanggakan,” katanya memberi apresiasi.
Menurutnya, festival seperti ini sebaiknya tidak hanya menjadi bagian dari momen perayaan tertentu, tetapi dijadikan agenda tahunan yang bisa memperkuat identitas desa sekaligus memberi ruang tumbuh bagi pelaku seni dan pelaku ekonomi kreatif lokal.
Ia menambahkan bahwa partisipasi anak muda dan pelaku usaha desa sangat penting dalam menjaga keberlanjutan kegiatan budaya, karena mereka bisa membawa pendekatan baru yang lebih segar dalam mengemas tradisi agar tetap relevan dengan zaman.
“Acara seperti ulang tahun desa sebaiknya bukan satu-satunya momen pelestarian budaya. Harus ada agenda rutin yang terstruktur dan terencana,” sambungnya memberi masukan.
Namun, Arianto menyayangkan masih banyak desa yang hanya menampilkan budaya mereka secara seremonial, tanpa pembinaan yang menyeluruh atau strategi promosi yang memadai untuk menjadikan kegiatan budaya sebagai bagian dari pengembangan ekonomi lokal.
Ia menilai bahwa kekayaan budaya desa masih belum sepenuhnya mendapat dukungan dalam bentuk akses pelatihan, fasilitasi, maupun kerja sama dengan industri pariwisata yang bisa mengangkat potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi baru.
“Kita harus ubah cara pandang. Budaya bukan sekadar pelengkap wisata, tapi justru bisa jadi daya tarik utama kalau dikelola dengan serius,” ujarnya menegaskan pentingnya perspektif baru.
Arianto menyatakan bahwa Dispar Kukar siap memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif warga desa yang ingin membangun festival budaya berbasis masyarakat, bukan sekadar proyek pemerintah yang seremonial sifatnya.
“Contoh seperti yang dilakukan warga Bukit Raya adalah langkah nyata yang harus diapresiasi. Selain menjaga identitas budaya, ini juga bisa jadi peluang ekonomi kreatif yang menjanjikan jika dikelola dengan benar,” ucapnya memberi penekanan.
Ia berharap akan terbentuk sinergi antara pemerintah desa, seniman lokal, dan pelaku usaha dalam menciptakan ekosistem wisata budaya yang tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga membawa manfaat ekonomi langsung bagi warga.
Jika Anda memerlukan versi judul alternatif atau gaya yang lebih ringkas/padat untuk media sosial, saya siap bantu.
Adv/Dispar Kukar

