
Portalsembilan.com, Kukar – Dua warisan budaya Kutai Kartanegara (Kukar) tampil memukau dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-50 Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang diselenggarakan secara meriah pada 19–20 April 2025 di Jakarta, dan berhasil mencuri perhatian ribuan pengunjung yang memadati area pertunjukan.
Kehadiran Kukar dalam ajang budaya bertema “50 Tahun Suparnanusantara” itu bukan sekadar pengisi acara, melainkan menjadi simbol penting dari keberagaman dan keharmonisan budaya Kalimantan Timur, yang diperkenalkan melalui dua tarian khas daerah: Tari Topeng Keraton dan Tari Enggang.
Kukar dan Kabupaten Berau menjadi dua wakil resmi dari Kalimantan Timur dalam ajang nasional tersebut, setelah menerima undangan dari Badan Penghubung Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk menampilkan seni budaya daerah yang mencerminkan karakter khas lokal masing-masing.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kukar, Awang Ivan Ahmad, menyebut bahwa momen ini adalah langkah strategis dalam mendorong eksistensi budaya Kutai dan Dayak ke tingkat nasional.
“Kami tidak ingin Kukar hanya dikenal lewat wisata alam atau sejarah saja, tapi juga melalui seni pertunjukan yang menggambarkan harmoni budaya lokal yang hidup hingga hari ini,” ujar Ivan menjelaskan visi keikutsertaan Kukar.
Tari Topeng Keraton yang dibawakan menggambarkan nilai adab dan kebangsawanan Kesultanan Kutai, sedangkan Tari Enggang mencerminkan kesakralan, kelembutan, dan filosofi penghormatan terhadap alam serta roh leluhur dalam tradisi Dayak.
“Perpaduan dua tarian ini dipilih bukan tanpa alasan, karena keduanya saling melengkapi dan menunjukkan sisi aristokrat sekaligus spiritual masyarakat Kukar,” lanjut Ivan dengan penuh keyakinan.
Dalam kesempatan itu, Kukar mengirimkan delapan delegasi yang terdiri atas dua penari Tari Keraton, lima penari Tari Enggang yang berasal dari Yayasan Gubang – sebuah komunitas seni yang aktif melestarikan budaya lokal – serta satu orang pendamping teknis dari Dinas Pariwisata.
Ivan menambahkan bahwa keikutsertaan Kukar dalam perayaan emas TMII bukan hanya sebagai peserta, tapi juga sebagai representasi wajah budaya Kalimantan Timur yang tetap lestari di tengah kemajuan zaman.
“Setiap penampilan kami siapkan secara matang. Kostum, iringan musik, gerakan, semua dikurasi agar tidak sekadar indah, tapi bermakna dan otentik,” kata Ivan menegaskan pentingnya menjaga keaslian dalam tiap pementasan.
Menurutnya, TMII menjadi ruang yang sangat strategis dalam memperluas jangkauan promosi budaya daerah, karena menghadirkan pengunjung dari seluruh Indonesia bahkan luar negeri, yang mencari pengalaman budaya yang beragam.
“Kami ingin masyarakat dari daerah lain bisa menyaksikan langsung, bukan hanya membaca, bagaimana budaya Kukar begitu kaya dan hidup,” ungkapnya menjelaskan alasan utama keikutsertaan.
Ivan juga menyampaikan harapan agar Kukar semakin sering dilibatkan dalam forum budaya tingkat nasional dan internasional, sebagai bagian dari diplomasi budaya yang lebih luas untuk memperkenalkan identitas daerah melalui cara-cara yang lembut namun berdampak besar.
“Budaya itu jembatan yang bisa menyatukan banyak perbedaan. Semakin sering kita tampil, semakin besar peluang Kukar untuk dikenal dan dihargai, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia,” tutupnya dengan nada optimis.
Adv/Dispar Kukar

